Allah berfirman dalam surat al-anfal ayat 9:
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut”.
Asbabunnuzul ayat diatas yaitu sebagaimana hadis Muslim melalui Umar bin Khatab bahwa pada hari badar (yang terjadi pada tanggal 17 ramadhan), Rasul SAW melihat kepada kaum musyrikin yang berjumlah 1000 0rang sambil melihat sahabat-sahabat beliau (pasukan Islam) yang hanya sekitar 300 0rang dan belasan orang.
Maka, Nabi SAW menghadap ke kiblat sambil mengangkat kedua tangan beliau dan berdoa “Ya Allah, penuhilah apa yang Engkau janjikan padaku, penuhilah apa yang Engkau janjikan padaku, Ya Allah, jika Engkau membinasakan kelompok umat Islam ini, Engkau tidak disembah lagi di bumi” beliau terus berdoa sambil menjulurkan tangan sehingga serbannya terjatuh dari bahunya. Abu Bakar mendatangi beliau dan mengambil serban tersebut kemudian meletakan di bahu beliau lalu berdiri di hadapannya dan berkata “cukuplah permohonan kepada Tuhanmu karena sesungguhnya Dia akan memenuhi janji-Nya untukmu.
Abdullah Yusuf Ali berkomentar jumlah malaikat, seribu di badar dan tiga ribu serta lima ribu di uhud, barangkali tidak harus diartikan secara harfyah, tetapi untuk menyatakan adanya suatu kekuatan, setidak-tidaknya sama dengan kekuatan lawan. Terjadinya perang badar pada bulan Ramadhan tanggal 17 itu menjadi pelajaran bagi kita bahwa walapun dalam keadaan shaum tetapi karena adanya spirit iman nabi dan sahabtnya dapat mengalahkan kaum musrikin dengan izin allah, shaum bukan satu halangan untuk bersungguh-sungguh atau berprestasi dalam segala aktivitas.
Selain perang badar, pada hari jum’at tanggal 21 Ramadhan tahun ke 8 hijriah, Rasulullah beserta para sahabatanya berhasil merebut kota Mekkah yang 8 tahun dikuasai orang-orang kafir. Peristiwa tersebut diabadikan al-Qur’an surat al-fath ayat 1:
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.”
Di negara kita yakni Indonesia yang tercinta banyak kejadian atau prestasi yang monumental yang terjadi pada bulan Ramadhan seperti ditulis Prof. Ahmad Mansur Suryanegara dalam “Api Sejarah”. Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati bersama menantunya, Fatahillah atau Falatehan berhasil mengusir Kerajaan Katolik Portugis dari Kelapa atau Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527 yang bertepatan dengan 22 Ramadhan 933 H. Hal tersebut disyukurinya dengan menggantikan nama Pelabuhan Kelapa dengan Fathan Mubiinan atau jayakarta atau Jakarta artinya kemenangan paripurna. Nama Jayakarta atau Jakarta menjadi nama ibu kota Republik Indonesia kini, asal akar sejarahnya terambil dari surat al-Fath ayat 1, “fathan mubina”.
Puncak Perjuangan kita yakni dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan juga terjadi pada bulan Ramadhan yakni pada hari jum’at tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1334 H. namun Prof. Ahmad Mansur Suryanegara menyayangkan peristiwa proklamasi yang demikian akbar maknanya, sebagai puncak kemenangan perjuangan Ulama dan santri, sikap umat Islam pada setiap 9 Ramadhan, tidak menjadikannya sebagai tanggal dan bulan syukuran kemerdekaan, terbebasnya bangsa dan Negara Indonesia dari penjajahan Barat dan Timur. Barangkali hal ini terjadi, diakibatkan adanya kebijakan Deislamisasi Kalender maka Proklamasi merasa cukup hanya diperingati pada setiap tanggal 17 Agustus dan tahun masehi saja.
Kesimpulannya adalah Ramadhan merupakan bulan jihad atau bersungguh-sungguh untuk membuktikan kesalehan atau amal soleh, janji ampunan dan surga bagi orang yang berpuasa cukup menjadi spirit jihad beramal soleh di bulan yang suci ini. Wallahu a‘lam