Menu

Mode Gelap
Dilantik, Berikut Susunan Kepengurusan PCNU Kota Bandung Masa Khidmah 2024-2029 PCNU Kota Bandung 2024-2029 Gelar Pelantikan di Pesantren Nurul Iman Cibaduyut Perkuat Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah, PCNU Kota Bandung Kunjungi MWC dan Ranting

Hikmah · 8 Apr 2024 22:33 WIB

Warna Tradisi Idul Fitri


 Warna Tradisi Idul Fitri Perbesar

Sebentar lagi kita akan memasuki suasana hari raya ‘iidil fitri, setelah kita berjuang menahan diri dari hal-hal yang dilarang pada waktu kita berpuasa dan berzakat fitrah sebagai proses pensucian diri dan hari ini kita menyebut dan memuji nama Allah swt. dan kita melakukan sholat sunat ‘iidil fitri, ini merupakan tuntunan yang terdapat dalam surat al-A’la: 14-15

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang.”

Berbagai warna tradisi dalam idul fitri, ada sebagian yang mempunyai dasar hukum yang kuat, namun ada juga yang tampaknya merupakan kreatifitas kita sendiri, adapun tradisi yang tersebut diantaranya:

Pertama, kita bertakbir. Takbir dalam idul fitri mempunyai dasar kuat maka para ulama menyepakati bahwa melantunkan takbir pada malam lebaran dan pagi solat id adalah sesuatu yang sangat dianjurkan. Allah berfirman dalam surat al-Baqoroh : 185:

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Dengan takbir menyadarkan kita bahwa kita adalah mahluk yang lemah tidak berhak takabur dan sombong diri.

Kedua, silaturahmi. Menurut KH. Sahal Mahfud silahturahmi tidak secara spesifik dianjurkan dalam konteks Idul Fitri. Kapanpun waktunya, silahturahmi sangat dianjurkan, tetapi tugas, tanggungjawab, dan perubahan sosial telah begitu membelenggu keseharian kita. Oleh karena itu kita perlu menjadikan Idul Fitri sebagai kesempatan khusus unutk melunasi kewajiban silaturahmi.

“Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya (kebaikannya) maka bersilaturahmilah.” (HR. Al-Bukhari)

Silaturahmi berkaitan dengan tradisi mudik ke kampung halaman. Tradisi mudik bukan hanya milik bangsa Indonesia tetapi dimiliki juga oleh Negara lain. Seperti warga Amerika Serikat yang melakukan mudik pada hari thanks giving pada setiap tanggal 22 November. Nurcholis Madjid berpendapat mudik merupakan fitrah manusia, anak akan rindu dan kembali kepada orang tuanya, perantau akan rindu dan kembali ke kampung halamannya, dan kitapun akan kembali ke kampung akhirat yakni kepada Allah SWT. Wajarlah kalau ada yang wafat kita selalu mengatakan “innalillahi wainna ilai rojiuun” kita berasal dari Allah dan akan kembali/mudik kepada Allah.

Ketiga, tradisi saling bermaafan. Menurut KH. Sahal Mahfudz tidak ada anjuran untuk menepatkan waktunya dengan Idul Fitri. Yang ada bahkan anjuran untuk segera meminta maaf jika telah terjadi kesalahan, baik kepada Allah maupun pada sesama. Tradisi saling bermaafan dalam Idul fitri didasarkan pada asumsi bahwa Ramadhan telah membersihkan segala dosa dihadapan Allah SWT., bukankah amat membahagiakan jika dosa di antara sesama juga dibersihkan?

Dalam Al-Qur’an setikdaknya ada tiga kata yang bermakna maaf walaupun titik tekannya berbeda: Gafar yang berarti maaf. Adapun makna bahasanya adalah menutup. Apabila kita menuliskan kesalahan orang lain di dalam buku kita maka dengan gafar kita menutup buku kita yang berisikan kesalahan orang lain pada kita, namun terkadang dihari yang lain kita membuka kembali buku kita dan membaca kesalahan orang lain, maka kita membutuhkan kata maaf yang kedua yakni al-‘afuwu.

Al-‘afuwu mempunyai arti maaf, secara bahasa al-‘afuwu berarti menghapus. Dengan makna maaf dari al-‘afuwu kita seolah-olah menghapus kesalahan orang lain di buku kita, namun menghapus selalu ada bekas noda dan kotor dari penghapus, maka kita perlu kata maaf yang ketiga yakni as-shafhu.

As-shafhu menurut Quraish Shihab seakar dengan suhuf yang artinya lembaran. Dengan shafhu itu kita seolah-olah tidak hanya menutup kesalahan dan menghapus tetapi kita membuka lembaran baru yang bersih dari tulisan kesalahan orang lain, namun kata ini disyaratkan harus dengan lapang dada. Oleh karena itu setelah khotib turun dari mimbar kita melakukan mushofahah saling memaafkan dengan lapang dada yang disimbolkan dengan bersalam-salaman.

Keempat, tradisi mengucapkan selamat kepada kerabat dan sahabat. Tradisi ini telah dilakukan pada zaman Rasulullah SAW. Sebagaiman diriwayatkan Jubair bin Nufail,’ jika bertemu sesamanya pada hari Idul Fitri, para sahabat saling mengucapkan selamat dan doa taqobbala Allah minna wa minkum (semoga Allah menerima amal ibadah saya dan anda), namun saat ini yang popular adalah kata minal ‘aidin wal faizin walaupun tidak ada dasar formalnya. Qurais Shihab berpendapat kalimat minal ‘aidin wal faizin merupakan bentuk doa yang berarti “semoga kita termasuk kepada golangan yang kembali kepada fitrah (kesucian) dan termasuk pada orang yang mendapat ampunan dan ridha dari Allah sehingga kita mendapatkan surganya Allah SWT.

Kelima, mungkin tradisi baju baru yang tidak ada pijakan sama sekali, ada syair arab mengatakan: laisal ‘id liman labisal jadid, walakinnal ‘id liman tha’atuhu yazid (Idul Fitri itu bukanlah untuk mereka yang bajunya baru, akan tetapi Idul Fitri itu adalah bagi mereka yang bertambah patuh kepada Allah). KH. Sahal Mahfud berpendapat sejauh baju baru itu dimaksudkan sebagai penghormatan kepada Idul fitri, tak perlulah tradisi membeli baju baru itu dijauhi. Wallahu a’lam…. Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan.

Artikel ini telah dibaca 24 kali

badge-check

Penulis

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Baca Lainnya

Hikmah Hijrah Nabi

6 Juli 2024 - 17:12 WIB

Idul Fitri: Kembali Menjadi Mukmin Sejati

8 April 2024 - 23:25 WIB

Menebar Kasih Sayang di Bulan Ramadhan

4 April 2024 - 05:06 WIB

Lailatul Qodar, Momen Penentuan

28 Maret 2024 - 00:19 WIB

Rumus “Basi” Para Leluhur, Memaknai Arti Sebuah Kepemimpinan

23 Maret 2024 - 22:46 WIB

Ramadhan Bulan Ukhuwah

22 Maret 2024 - 21:15 WIB

Trending di Hikmah
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x