Bagi orang yang mengerjakan salat, baik sendirian, menjadi makmum maupun menjadi imam, maka ketika ia bangkit dari ruku disunahkan sembari tangannya diangkat untuk mengucapkan tasmi’ [sami’allahu liman hamidah] dan juga tahmid [rabbana lakal hamd]. Hal ini sebagaimana dipahami dari perkataan Abu Hurairah ra, yaitu :
عن أبي هريرة قال: كٙانٙ النّٙبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذٙا قٙالٙ :((سٙمِعٙ اللّٰه لِمٙنْ حٙمِدٙهُ))، قٙالٙ: ((اللّٙهُمّٙ رٙبّٙنٙا وٙلٙكٙ الحٙمْدُ))
Dari Abu Hurairah ra, katanya: “Adalah Nabi Saw bila berucap, “Sami’ allahu liman hamidah“, beliau lantas berucap: “Allahumma Rabbana wa lakal Hamdu“.” (HR. Al-Bukhari No. 795).
Hadis ini menunjukkan bahwa nabi Saw. ketika bangkit dari ruku mengucapkan kalimat tasmi’ [sami’allahu liman hamidah] dan juga kalinat tahmid [rabbana lakal hamd]. Oleh sebab itulah, Syaikh Ba’ali Al-Hadhrami As-Syafi’I dalam kitab Busyra Karim Syarh Al-Muqaddimah Al-Hadhramiyyah (hal. 136), mengatakan:
(فصل : ويسن) لكل مصلٍّ (إذا رفع رأسه) أي : عند ابتداء رفع رأسه (للاعتدال أن يقول) مع رفع يديه : (سمع الله لمن حمده)
“Pasal: Dan disunahkan bagi setiap orang yang salat [salat sendirian, menjadi makmum, atau menjadi imam] jika ia mengangkat kepalanya -yakni ketika memulai mengangkat kepala dari ruku’ untuk itidal- agar mengucapkan sembari mengangkat kedua tangannya, “Sami allahu liman hamidah“.
Sementara sabda nabi Saw. “Jika Imam berucap: “Sami’ allahu liman hamidah“, maka hendaklah kalian ucapkan: “Allahumma rabbana lakal hamdu.” (HR. Al-Bukhari No. 796) dan sabdanya Saw. : “Seseorang dijadikan imam untuk diikuti. Jika ia salat sambil berdiri, maka salatlah kalian sambil berdiri. Bila ia melakukan ruku’, maka ruku’ lah kalian. Jika ia berdiri bangkit dari ruku’, maka berdirilah kalian sambil bangkit. Dan jika ia berkata: “Sami’ allahu liman hamidah”, maka kalian ucapkan: Rabbana wa lakal hamd..” (HR. Al-Bukhari No. 689). Maka, kedua hadits ini tidak menunjukkan bahwa mereka yang salat menjadi makmum tidak mengucapkan tasmi’ [sami’allaahu liman hamidah].
Imam As-Suyuthi memberi penjelasan :
أنه لا حجة للخصوم في هذين الحديثين إذ ليس فيهما ما يدل على النفي بل فيهما أن قول المأموم ربنا لك الحمد يكون عقب قول الإمام سمع الله لمن حمده والواقع في التصوير ذلك لأن الإمام يقول التسميع في حال انتقاله والمأموم يقول التحميد في حال اعتداله فقوله يقع عقب قول الإمام كما في الحديث
“Tidak terdapat hujah bagi mereka yang berbeda dengan pendapat kami, dalam hal berdalil dengan dua hadis ini. Sebab dua hadis ini tidak menafikan ucapan tasmi’ dari makmum, malah pada kedua hadis tersebut menunjukkan bahwa ucapan makmum: “Rabbana lakal hamdu“, diucapkan usai imam mengucapkan: “Sami’allaahu liman hamidah“. Dan fakta gambarannya memang demikian, sebab imam mengucapkan tasmi’ saat ia beralih dari ruku’ ke itidal dan makmum mengucapkan tahmid saat itidal. Jadi, ucapan tahmid makmum diucapkan usai ucapan tasmi’ imam sebagaimana pada hadis.” (Al-Hawi lil Fatawi, 1/38)
Lantas, zikir yang dibaca bisa dengan redaksi, “Man hamidallah sami’a lahu”, sekalipun redaksi: “Sami’ allahu liman hamidah” lebih dianjurkan sebab sesuai dengan redaksi hadis . (Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, 3/391)
dan usai di itidal, dianjurkan berdoa :
“Rabbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wa mil-ul ardhi wa mil-u maa syi’ta min syai-in ba’du… Ahlus Tsanaa wal Majdu, Ahaqqu maa qoola al-‘abdu wa kullunaa laka ‘abdun… Laa maani’a limaa a’thayta wa laa mu’thya limaa mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Abu Awanah)
Atau bisa pula dengan redaksi :
1. Rabbanaa wa lakal hamdu (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
2. Allahumma rabbana walakal hamdu, atau
3. Allaahumma rabbanaa lakal hamdu.
(Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, 3/391).
Wallaahu a’lam.